Puisi-puisi Ella Juliana Puspita Sari

  • By Ella Juliana Puspita Sari
  • 10 Oktober 2021
PKYI

Syahadat Akhir


Berikan dia kesempatan yang tak diberikan oleh waktu. 
Berikan dia waktu tanpa batas, hanya ruang. 
Berikan dia hari bahagia walau ada banyak kesedihan yang tak dia punya. 
Berikan dia jalan untuk tawanya, bukan tempat sendiri. 
Yang membuatnya kosong dalam kesunyiannya. 
Apakah salah, jika membuatnya tertawa? 
Namun, jika suatu saat hanya mengulanginya. 
Apa selalu ada kata maaf dan penyesalan untuk saya?
Tuhan, berikan dia kebahagiaan walaupun tanpa saya. 
Berikan dia senyuman walaupun tak mengingat saya. 
Dia yang rela menemui saya atas ridho-Mu. 
Dia yang selalu berlari untuk berada disampingku. 
Dia yang membuatku dekat kepada-Mu. 

Ku mohon kepada-Mu. 
Jika dia baik bagi saya, jangan buatnya bosan menatap wajahku. 
Jangan buatnya menangis karenaku. 
Jangan membuatnya jauh, saat dia mengerti baik burukku. 
Jangan membuatnya hilang dari tatapanku.
Agar saat tua nanti, kita bisa bercerita tentang mimpi-mimpi indah. 
Bercerita tentang kisah cinta kita. 
Bercerita tentang sulitnya melewati waktu. 
Tanpa melihatnya.. tanpa kata-katanya.

Berharap antara saya dan kamu. 
Ada do'a diantara ucapan kita berdua. 
Mengiringi akhir hayat kita untuk meratap dihadapan-Nya. 
Ada kalimat-kalimat indah, yang akan berhembus untuk nama-nama-Nya. 
Tuntunlah saya untuk mengucap syahadat. 
Yang harus kupersembahkan dalam nafas terakhir. 
Setelah sekian banyak nafas yang tebuang percuma. 
Semoga dia yang kurindukan. 
Mampu merubahku sebelum aku mati. 
Agar dia bisa menuntunku bersama kalimat indahnya saat aku mati. 
Agar mampu kudengar suara merdunya. 
Dan kusimpan dalam hati, walau tak melihatnya lagi.  

 

Berlanjut Dicintai


Dicintai bukan mencintai. 
Terasa sangat rumit dan aneh. 
Lebih daripada mencintai. 
Dicintai, jauh memikirkan sebuah jawaban. 
Membalas kenyataan yang kejam. 
Terlalu baik jika aku terluka. 
Meninggalkan senyuman yang menyiksa. 
Entah sampai kapan berlanjut perselisihan. 
Tanpa tawa diantara kita. 
Berada dalam satu ruang. 
Hati yang menjadi kosong tak pernah bicara. 
Pernah ku berpihak untuk melihat duniamu. 
Tapi, salahkah aku jika melupakan itu.
Hal itu yang membuatku mengenalmu. 
Namun juga melupakanmu. 
Orang itu, masih berada dalam hatiku.

 

Percaya Cinta


Cinta...
Apa arti sebenarnya cinta? 
Kenapa tak bisa melihat orang lain selain dirinya? 
Hanya menanti seseorang. 
Meninggalkan jejaknya ditepi-tepi jalan. 
Kucoba melalui dunia dengan orang lain. 
Tapi hati tak pernah ingin berdusta untuknya. 
Tetap saja cinta ini kembali padanya. 
Hati yang selalu menangis. 
Kadang berhenti bercanda untuk menghiburku. 
Inilah kesepianku tanpa dirasa dan diketahui orang. 
Tak ada yang bisa menjaga perasaannya selama ini. 
Kecuali perasaanku untukmu. 
Perasaanku tak pernah berakhir walau aku tak menemuimu. 
Cukup membuatku merasa senang hanya dengan melihat fotomu. 
Walau air mataku sering jatuh. 
Hingga saat ini kujaga ketulusan hatiku untukmu. 
Karena keyakinanku kepada-Nya. 
Dan percaya bahwa jika kisah cinta tak pernah berhenti redup, mati. 
Maka selamanya akan abadi, akan sejati.  

 

Putih Kurindu


Putihku. 
Yang tak pernah kubenci. 
Yang selalu kutunggu. 
Yang kadang kurindu. 
Kenyataan menyakitiku sekali lagi. 
Aku belajar menjauh darimu. 
Walau lebih sulit namun kulakukan. 
Aku selalu mencobannya, walaupun pernah aku gagal. 
Aku selalu mencoba, tetap mencoba. 
Hingga akhir akan kucoba. 
Pernah aku menyadari, maksud hati kita sungguh berbeda. 
Tak apa-apa aku terpisahkan denganmu, terlupakan olehmu. 
Dunia ini menjawab pertanyaanku. 
Allah mempertemukanku denganmu. 
Untuk membalas kesedihanku. 
Namun itu hanya sebuah luka. 
Luka kecil yang sanggup aku hapus tanpamu. 

 

Tak Beranjak


Menunggumu. 
Tak pernah kumemilikimu. 
Hati yang merapuh, menjatuhkan batinku. 
Meninggalkan perpisahan untuk mengenang. 
Selalu dalam usaha untuk melupakanmu. 
Namun, tak sedikitpun aku bergerak, beranjak. 
Dari tempatku berpijak menantimu. 
Kehidupan membuatku bernafas dan melihat. 
Tapi tak pernah kuterima katamu untukku. 
Aku hanya mendengar sunyinya malam. 
Yang membuatku menangis sepanjang waktu. 
Cinta bukan menanti, namun menemani. 
Menemanimu bukan membodohimu. 
Kadang cinta yang tulus akan terganti. 
Dengan kebohongan dan dusta. 
Cinta yang tulus menjadi cinta sejati. 
Meskupun cinta sejati itu,
Merelakan sebuah ketulusan hati yang mencintai. 

 

Mengenal, Membisu


Sangat singkat bila terlihat. 
Artinya yang begitu dalam. 
Memendamnya pada ketulusan. 
Namun hanya datang diujung penantian. 
Tak akan lama saya berhenti. 
Sungguh cepat tanpa menatapnya. 
Selalu melihat dia. 
Hanya akan membuatku menetap. 
Mudah memikirkan yang lain. 
Namun seolah semua jalan tertutup. 
Tak mendengar apa kata takdir. 
Takdir seakan mengingatkanku padanya. 
Kembali lagi ukiran itu datang. 
Tentangnya, pada jalan yang sedikit terang tanpanya. 
Namun redup lagi, seperti tak bernyawa. 
Waktu terasa mati akan hadirnya. 
Meragukan keputusanku untuk lenyap darinya. 
Tapi hati ini pernah mengungkap. 
Lalu membisu... 


TAGS :

Ella Juliana Puspita Sari

Ella Juliana Puspita Sari lahir pada tanggal 15 Juli 1998 di Gresik, Jawa Timur. Ia menyukai puisi sejak remaja yaitu pada saat smp kelas satu. Ketika itu Bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran fovoritnya sebab gurunya menyampaikannya dengan cara yang berbeda dan asyik. Gurunya tidak selalu mengajar teori, biasanya setelah teori selalu ada praktik serta permainan. Setelah tahun-tahun berlalu ia mulai membaca novel dan puisi kemudian membuat puisi dan kata-kata singkat.

Komentar