Puisi-puisi Suyatri Yatri

  • By Suyatri Yatri
  • 16 Januari 2020
Lukisan I Nyoman Suyasa

Bronjong Tua di Tepian Rokan

 

Di gelaran malam

hujan menumpahkan tinta cair di lembaran bumi

Ada rasa yang tersirat di wajah pekat langit

Bergerilya rindu

Di punggung makna

menitipkan kebahagiaan .

 

coretan belum diakhiri titik

sebab sajak masih bersorak

Kelakar dedaun masih terbahak

Sementara pandangan perempuan paruh baya

nanar dikulum genangan di tepian Rokan

 

Naik sedepa

menyelinap di dinding

Meresap di dipan-dipan

kuyup tak bisa menyulam mimpi

Sebab cemas menggumpal

Jiwa terancam tenggelam 

 

Tanggul belum kukuh menahan derasnya arus

Terlalu cepat mengalir

hingga belum sempat berpikir

Ingin meninggalkan

tapi ke mana hendak dihadapkan

Banjir tak selalu hadir

Bergulung harap

memintal benang di antara bronjong tua

Kata masih menanti kesepakatan nurani

 

Rokan Hulu, 8 Januari 2020

 

 

Berdenting Sukma di Upacara Purnama

 

Malam mengepul asap

Di bara anjungan berjuntai kalimat tersesak kalap

Purnama dinanti telah datang

Upacara penobatan pun terbentang

 

Aroma kemenyan bertabur mistik

Berdenting sukma menuang rasa di cawan-cawan antik

Gemetar raga merapal mantra

Berlipat tangan di dada

 

Lolongan srigala memerih rintih

Angin terdiam menyimpan dendam

Api menggelinding di dinding-dinding kemusyrikan

Berputar teluh tujuh rupa

Membakar jiwa terkena wabah

 

Hai tuan pemilik pintu!

Bukakan lapisan pagar kiriman tertuju

Di titik kosong menyelinap satukan sukma

Pesakitan berteriak menggila

 

Bayang-bayang membias pandangan

Menuntun jalan kesesatan

Di gerbang dendam memintal kemarahan

Purnama berdarah di ujung senyap mencekam

 

Rohul, 9 Januari 2020

 

 

Kata Merenggang Sungsang

 

Di hamparan pakis

Spora beterbangan

Dan

Aku

Takkan lari dari kenyataan

Walau angin menerpa

Selarik waktu

Takkan kuungkit kenang

 

Biarlah kabur disapu bayang

Alam mengecup sayang

Saat luka tertuang

Di tumpukan satire menikam

Layu meranggas gersang

 

Di jantung jiwa

luka menganga di cambuk kata

Nanar pesona

Merenggang sungsang

Hilang sebait kisah

Diam

Terpisah antara tebing dan jurang

 

Rohul, 10012020

 

 

Getar Rindu Selawat Dulang

 

Di jejak makna

kulepaskan titik terindah

dari sejarah bertabur bukti

mengilhami sanubari

 

 

Cericit desus

berkibas kasus

Si Malin mengerat kata

di jenjang turun, naik tak biasa

 

 

Duduk bersila

simpuh melingkar

bersusun dulang

salawat mengiring dendang

 

 

Zikir iramakan Asma Allah

Rasulullah teladan umat

memaknai hidup mengenangnya

rindu kasihnya

 

 

Selawat nabi memberi pengajaran

getar alunan gemuruhkan jiwa

di bait rindu bertasbih pada-Nya

mengharap rida di setiap langkah

 

 

Selawat tiada henti

sebab keagungan Allah menyerap di hati

Nur menambatkan cahaya

Hati bijak terang bersandar pernik keimanan

 

Rohul, 11012020

 

 

Dia Menjadi Tujuan Cinta

 

Sepi terukir di gelapnya malam

Senandung gerimis telah berhenti

Aku masih termangu memandang bintang kerlip berhamburan di langit

 

 

Menghitung setiap waktu

Menggantang makna berpaut rindu

Kau masih saja memberi cinta

tanpa jeda

meski sekepal salah mengendap di jiwa

 

 

Tiada tertandingi rasamu dalam kasih

Sebab  insan sering salah memilih

Sementara genggaman tangan terus menggapai ikhlas

dari rasa yang tak terbatas

 

 

Masih pantaskah aku menatap tengadah

Meminta rezeki tanpa usaha

Takkan hadir seketika saat pikiran gelisah

Doa dan tawakal seiring jalan dalam meminta

 

 

Dia menjadi tujuan cinta

Sekembalinya pengembaraan menuju cahaya-Nya

Atas izin-Nya menyauk takdir

Jiwa berbekal ilmu mengikat sabar dan syukur memyuburkan ikhlas

 

Rokan Hulu,11 Januari 2020

 

 

Belajar pada Lautan

 

Aku belajar dari kegilaan ombak menghempas karang

Deburannya begitu kuat namun hasilkan gemuruh nada nan syahdu

Hingga hadirkan tarian camar meliuk di percikan air.

 

 

Pesan angin memberi pengertian

Bahwa kedalaman lautan memberi pengajaran

Setiap tetesnya adalah cinta

Asin yang tercicipi adalah kesabaran jiwa

Kebiruan warna adalah keikhlasan batin

 

 

Kesiapan berlayar menuju dermaga menjadi keteguhan hati

Penyeberangan perlu keberanian diri

Waktu pun memberi ruang keyakinan hati

Berkemas dengan bekal yang dibawa nanti

 

 

Beriring doa langkah terberkati

Lantunan zikir pun bersenandung di denyut nadi

Muhasabah dari kealfaan diri

Ada taman keindahan di seberang sana

Dengan kedamaian abadi

 

 Rokan Hulu,  4 Januari 2020


TAGS :

Suyatri Yatri

Lahir di Padang Siminyak-Pagaruyung 24 Agustus 1979. Berdomisili di Rokan Hulu Riau. Beberapa  tulisan yang pernah terbit antara lain : Cerpen “Setetes Embun Pengobat Lara” (2016), Buku antologi puisi tunggal “ Goresan Jiwa” (2016),111 Syair Syiar 8 Penyair Syair Syiar (2016), 17 Syair syiar 8 penyair Syair Syiar (2016), Antologi Syair Syiar Anak Bangsa (2017) Antologi Haibun (2017),  Antologi puisi Asia Tenggara Epitaf Hujan (2018), Melantun Syair Tanah Merah ( Singapura, 2018), dan lain-lain.

Komentar