Wanita: Penyelamat Lingkungan yang Sebenarnya

  • By Muhammad Lufti
  • 09 April 2021
Pexels.com

Manusia yang terlahir ke dunia ini telah menempati bumi sebagai planet satu-satunya yang layak untuk dihuni manusia. Bumi adalah ibu kedua bagi manusia. Bumi telah menyediakan segala sumber daya alamnya untuk manusia supaya dapat bertahan hidup. Pada dasarnya, kebutuhan pokok manusia secara langsung diproduksi oleh bumi: air, udara, pohon, tanah, dan batuan. Kita tidak pernah menjadi bagian produksi bahan pokok untuk kebutuhan mahluk hidup di bumi.

Manusia hanya sebagai pengolah dan konsumen dari bahan-bahan pokok yang telah dihasilkan bumi. Misalnya, pohon dapat diolah oleh manusia menjadi beberapa objek. Daun-daunnya sebagai obat-obatan, sayuran, makan hewan ternak. Bunga-bunga dari tumbuhan dapat diolah sebagai pewangi. Buah-buahannya dapat dimakan secara langsung atau dijadikan racikan makanan-makanan modern yang aneka rasa. Dahan dan kayunya dapat digunakan sebagai bahan kontruksi, mebel, bahan bakar. Akarnya, dapat digunakan sebagai racikan obat-obatan. Masih banyak lagi manfaat dari hanya satu pohon saja, belum berjuta-juta pohon yang lainnya. Semua tumbuhan itu dihasilkan dari bumi. Bumi berkembangbiak menumbuhkan banyak tumbuhan. Selain itu, reproduksi dari tumbuhan berperan penting sebagai paru-paru dunia. Manusia masih bisa bernafas karena adanya udara bersih yang dihasilkan dari tumbuhan.

Ketika tumbuh-tumbuhan tersebut ditebang secara liar, tanpa adanya reboisasi, maka yang timbul adalah banjir, kekeringan, dan panasnya udara di bumi. Ibu bumi telah menghasilkan produksi besar dalam rantai kehidupan. Lalu, siapakah yang mampu membalas kebaikan dari ibu bumi. Manusia hanya mementingkan konsumensasi tanpa melakukan hubungan simbiosis mutualisme yang baik.

Dalam ranah ilmu ekofeminisme, wanita adalah jawaban langsung dari panggilan natural tersebut. Ekofeminisme mengajak kita, manusia untuk mengerti pola melingkar yang erat tanpa putus. Pola tersebut adalah bumi, hasil bumi, manusia, wanita, reboisasi, dan produksi bumi, lalu kembali ke bumi. Ekofeminisme adalah ilmu yang mengajarkan tentang lingkungan dan perjuangan kaum wanita untuk merawat lingkungan. Peran wanita sangat sentral dalam lingkup ekologi.

Wanita selalu suka untuk menanam tumbuhan dan bunga-bungaan. Bagi kaum wanita, menanam dan merawat tumbuhan adalah kewajiban pokok yang harus mereka kuasai. Ini cara mereka menunjukkan peran sebagai ibu. Karena memang wanita secara alami saling terhubung dengan tumbuhan dan lingkungan. Sayur-sayuran yang kaum wanita masak, setiap hari selalu mengingatkan mereka tentang tumbuh-tumbuhan. Wanita sangat mengerti apa yang terbaik bagi keluarga, terutama empat pokok lima sempurna. Sayuran adalah kunci penting bagi kesehatan. itulah kenapa, kaum wanita memandang penting eksplorasi dan perawatan lingkungan untuk sayur-sayuran dan bunga-bunga yang mereka rawat di lahan rumah mereka.

Kita harus berpikir, bahwa peran bumi paling besar selain tumbuhan dan udara adalah tanah dan air. Di dalam tanah, bumi menghasilkan cacing-cacing yang menguraikan pembusukan bangkai-bangkai. Sehingga bangkai-bangkai hewan yang mati tidak berbau menyengat. Air dihasilkan dari zat hara yang bersih dan gembur, sehingga air mudah meresap dan mengalir ke tanah. Air tidak akan mengalir ke tanah yang keras dan kering.

Manusia dibumi diibaratkan sebagai penghisap sumber daya alam secara habis-habisan. Jika sumber daya alam tidak dieksplorasi dan diregenerasi dengan bijak dan baik, maka bumi akan kesulitan memproduksi sumber daya alam dan manusia menjadi kelaparan. Ekofemisme berperan penting untuk mengangkat martabat wanita sebagai penjaga bumi. Wanita tahu bagaimana cara merawat dan mengeksplorasi ibu bumi. Sebab, yang bisa memahami ibu dengan baik adalah sesama ibu.

Pati, 6 April 2021


TAGS :

Muhammad Lufti

Muhammad Lutfi, sastrawan dan penyair. Esai-esainya diterbitkan oleh Solopos, Apajake, Alif.id.

Komentar