Antara Nyata dan Tidak Nyata pada Kumpulan Cerpen Gadis Suci Melukis Tanda Suci di Tempat Suci

  • By Anak Agung Wulan Purnama Dewi
  • 27 Desember 2022
internet

Cerpen ialah prosa fiksi yang menceritakan tentang suatu peristiwa yang dialami oleh tokoh utama dengan bentuknya yang sederhana. Cerpen juga memiliki beberapa ciri yakni memiliki satu buah konflik yang diikuti dengan satu alur cerita, susunan katanya tidak lebih dari 10.000 kata, dan bentuk cerita yang singkat.

Dalam cerpen yang ditulis oleh para pengarangnya tentu saja memiliki cirinya masing-masing, terutama cerpen yang dituliskan oleh pengarang Bali (Made Adnyana Ole). Cerpen tersebut pasti nantinya akan membahas tentang bagaimana penulis menuliskan imajinasinya atau khayalannya dalam menceritakan hal yang dialaminya. Sehingga pembacanya merasa terpengaruh dan mempercayai akan hal itu.

Gadis Suci Melukis Tanda Suci di Tempat Suci merupakan kumpulan cerpen yang ditulis Adnyana Ole. Pengarang asal Marga, Tabanan yang tinggal di Singaraja ini mencantumkan 9 pilihan cerita untuk disajikan pada buku Gadis Suci Melukis Tanda Suci di Tempat Suci. Saya menganalisis dengan menggunakan teori psiko analisis pada buku setebal 81 halaman ini. Ada empat judul yang saya analisis yakni Terumbu Tulang Istri, Gede Juta, Gadis Suci Melukis Tanda Suci di Tempat Suci, dan Siat Wengi.

Teori psiko analisis sastra sangat berpengaruh dengan kejiwaan seseorang dalam berimajinasi yang didukung oleh id (naluri), ego (saya/aku), dan superego (norma). Imajinasi ini menimbulkan sesuatu yang berlebihan di atas perlakuan yang sebenarnya terjadi dalam dunia nyata. Sehingga membuat seseorang merasa benar dan yakin akan hal yang terjadi dalam pikirannya itu adalah hal yang sebenarnya atau dengan kata lain bukan karakter nyata dari si pelaku.

Pada cerpen Terumbu Tulang Istri, penulis menampilkan nafsu atau libido pada tokoh Kayan. Tokoh ini merasa bergairah pada seekor sapi betina, ada kelainan seksual dengan istilah psikologi yakni parafillia. Tidak diketahui pasti asal kata dari psikologi antara terumbu karang dan juga istri namun ada juga yang mengatakan bahwa terumbu karang yang nama istilah lainnya adalah collar reefs dan pasangan hidup atau istri diartikan dalam istilah psikologi yakni life partner. Tak hanya itu, dalam cerita ini tokoh Kayan juga mengalami bahagia yang berlebihan atau istilah psikologinya euphoria. Kebahagiaan yang muncul dengan tidak mencerminkan keadaan yang sesungguhnya seperti ketika si Kayan ini yang merasa bahagia ketika ada orang asing yang mempercayainya bahwa di dalam lautan ada istrinya yang menjadi terumbu karang. Sehingga ungkapan itu terus ia lakukan kepada wisatawan yang mendekatinya.

Pada cerpen Gede Juta dapat saya temukan istilah psikologi dari gangguan saraf yakni neurodevelopmental disorders. Ketika si Gede Juta ini menggelengkan kepalanya secara terus menerus sehingga terjadilah sindrom akibat dari kecemasan yang ia rasakan ketika mengalami kecemasan yang berlebihan akibat ia tak jadi melanjutkan kuliahnya. Akibat adanya serangan dari orang asing sehingga ia melarikan diri dari asramanya dan memilih pulang kampung dengan tangan kosong. Memilih untuk tak mengungkapkan semuanya, namun setiap pertanyaan ia hanya bisa menjawabnya dengan gelengan kepala atau istilah psikologisnya duck sindrom. Egosentris atau istilah kata dari juta atau seorang jutawan yakni muncul karena ia merupakan anak dari seseorang yang terkenal di kampungnya dengan kekayaannya sehingga diambilah nama tersebut sebagai bagian dari Namanya. Ditemukan juga istilah lachesism yakni ketika Gede Juta selamat dari kejadian maut yang menimpa dirinya dari asrama tempat ia tinggal ketika di kota.

Pada cerpen Gadis Suci Melukis Tanda Suci di Tempat Suci saya temukan istilah phile, kegemaran atau kecintaan seseorang dengan hal di sekitarnya. Hal ini dapat dilihat ketika penulis menggambarkan gadis suci yang gemar melukis di setiap tempat suci dengan lukisannya. Ditemukan juga istilah anxiety disorder atau kecemasan yang berlebih, terlihat ketika setiap warga dan juga polisi yang melihat lukisan dari tempat suci cepat-cepat mereka bergegas untuk bersembahyang.

Pada cerpen Siat Wangi dapat ditemukan istilah psikologi, maladaptive daydreaming atau imajinasi yang berlebihan. Bisa dilihat dari tokoh Ming Tabo yang selalu berkhayal bahwa dirinya bisa mengalahkan bendesa dalam sebuah pertempuran gaib atau siat wengi. Serta sindrom paris atau kekecewaan dengan realita yang sebenarnya. Terlihat ketika kepala desa yang meninggal akibat dibunuh oleh Ibu Ming Tabo. Eccedentesiast yakni perasaan-perasaan sedih yang disembunyikan dengan wajah yang senang atau tanpa adanya kejadian apa pun dilihat ketika ibu si Ming Tabo menyembunyikan kematian ayahnya akibat pembunuhan. Dan hypophrenia atau respon ketika keadaan yang menimpa dirinya yakni ketika ibu Ming Tabo menangis dengan bergemetar di sudut ruangan ketika ia meletakkan keris berisi darah di atas meja. Ada juga sigmun frued atau keadaan di bawah alam sadar yakni ketika Ming Tabo mengalami pertempuran yang ia rasakan di bawah alam sadarnya.

Dapat dilihat dari beberapa cerpen tersebut bahwa hampir seluruh ceritanya memainkan peran imajinasi yang digunakan untuk meningkatkan emosi dari para pembaca untuk bisa merasakan sebenarnya apa yang dikhayalkan oleh si penulis itu sendiri. Pembaca dapat berpikir bahwa seakan-akan hal itu memang betul terjadi di dunia nyata. Namun, ada juga beberapa cerpen yang ceritanya kurang bisa dipahami atau tidak masuk ke dalam akal pikiran seperti cerpen Terumbu Karang Istri. Dalam cerpen tersebut tidak diketahui pasti bahwa si tokoh Kayan ini benar-benar mengalami nafsu dari seekor sapi betina atau tidak. Dari cerpen Gede Juta, tiba-tiba saja penyakit saraf muncul ketika ia terus menggelengkan kepalanya namun ada satu hal yang membuat ia tak menggelengkan kepala yakni ketika membantah kemauan si prebekel. Entah apa sebenarnya yang terjadi pada dirinya saya kurang memahami karena hal itu cukup membingungkan pembaca. Dapat disimpulkan bahwa kecenderungan tokoh dari beberapa cerpen ini sulit untuk ditebak atau dirasakan dengan kenyataan ataupun realita kehidupan dengan pembaca.

Dalam beberapa cerpen tokoh yang dimunculkan cukup imajinatif misalnya dari cerpen Gadis Suci Melukis Tanda Suci di Tempat Suci yakni ketika penulis mampu mempengaruhi tokoh dengan lukisan gadis suci yang seakan-akan membuat masyarakatnya merasakan takut sehingga melakukan persembahyangan. Dapat saya rasakan bahwa maksud dari penulis ini mungkin saja untuk membantu menyadarkan pembaca agar selalu ingat dengan Tuhan tanpa diingatkan terlebih dahulu melalui hal-hal yang terjadi di sekitar tempat suci seperti yang dilukiskan pada cerpen Gadis Suci Melukis Tanda Suci di Tempat Suci ini. Dan juga cerpen Gede Juta yakni ketika tokoh Gede Juta mengalami imajinasi yang berlebih, melebihi keadaan sebenarnya yang terjadi. Ketika ia terus menerus merasa bisa membunuh si bendesa namun hal itu hanyalah khayalan. Dapat diselipkan arti dari cerpen ini bahwa setiap orang jangan melakukan ekspetasi di bawah alam sadar secara berlebihan karena yang ditakutkan nantinya akan benar-benar terjadi seperti yang dialami oleh tokoh Gede Juta ini. Dari beberapa cerpen yang ditampilkan, saya merasa bahwa kedua cerpen inilah yang tokohnya cukup imajinatif dan ditemukan juga beberapa hal atau makna yang sangat berarti bagi kehidupan masyarakat.


TAGS :

Anak Agung Wulan Purnama Dewi

Anak Agung Wulan Purnama Dewi lahir di Denpasar, 19 Desember 2002. Menempuh pendidikan di Universitas PGRI Mahadewa Indonesia. Hobi menulis, membaca, menyanyi, dan memasak.

Contact:

Instagram: wulanprnmaa_

Email: [email protected]

Komentar