Tersangka | Cerpen AG Pramono

AG Pramono

LANTARAN memukul orang hingga terluka di bagian pelipis, lelaki yang sudah tidak muda lagi itu dilaporkan ke pihak berwajib. Tentu lelaki itu ditangkap dan diperiksa polisi. Pihak pelapor tetap bersikeras tak mau mencabut laporan, meskipun dilakukan upaya damai. Lelaki itu akhirnya ditetapkan sebagai tersangka dengan inisial Tsk. Dia tenang saja, bahkan tak ada ekspresi khawatir. Sesekali lelaki itu tersenyum pada polisi yang memeriksanya.

“Anda sudah baca hasil pemeriksaan dan anda telah ditetapkan sebagai tersangka pada kasus penganiayaan. Anda sudah tahu ancaman pasal yang menjerat anda?” ujar seorang polisi yang memeriksa Tsk selama dua jam.

“Saya sudah paham pak. Ya, saya siap disidangkan,” ujar Tsk. 

“Sepertinya Anda tenang menghadapi kasus ini?” tanya polisi bertubuh atletis.

“Ya, mau bagaimana lagi pak. Saya harus hadapi dan belajar ksatria,” ujar Tsk jujur.

“Sebenarnya, Anda tak sampai jadi tersangka kalau bisa menahan emosi, tidak main pukul. Apalagi jelas-jelas Anda salah, telah merebut pacar orang. Ya, pasti pacarnya marah,” terang polisi itu.

“Saya tak merebut pak, tapi inikan urusan hati. Jadi biasalah sebelum janur kuning melengkung, kan masih boleh memacarinya, ha ha ha. Saya memukul karena pacarnya itu banyak mulut, ya saya tonjok saja mulut dan pelipisnya hingga robek,” kata Tsk sambil memperagakan saat meninju.     

“Nah, itu kesalahan Anda sampai menonjok. Apalagi Anda kepergok berduaan, berpelukan lagi. Sejauh apa yang sudah Anda perbuat di lokasi itu,” tegas polisi itu.

“Ya, hanya cumbu-cumbu kecil, selebihnya saya tidak lakukan.”

“Maksudnya cumbu-cumbu kecil, itu apa?” tanya polisi agak mendesak.

“Saya tak lakukan lebih dalam, rem saya masih topcer pak. Kalau tak percaya boleh divisum,” ujar Tsk agak kencang.

“Baiklah kalau begitu, Anda masih ditahan di sini, sambil menunggu pelimpahan kasus. Ya, paham kan,” ujarnya kembali menerangkan.

“Paham pak (sambil mengangguk kepala). Tapi pak, boleh saya mengajukan satu permintaan,” kata Tsk berharap.

“Boleh,” jawabnya.

“Saya minta didampingi seorang pengacara,” pinta Tsk.

“Baik, apa Anda sudah tunjuk, siapa pengacara Anda?”

“Sudah pak, seorang pengacara cantik, meskipun usianya tidak muda lagi. Saya yakin dia mau dampingi saya, sampai kasus ini selesai,” kata Tsk sangat yakin.

“Anda sepertinya benar-benar yakin. Apakah Anda kenal dengan pengacara yang anda tunjuk,” ujar polisi itu merasa ragu.

“Ya, kenal pak. Bahkan sangat kenal,” tegas Tsk meyakini polisi yang berada di depannya.

“Ooo ya, sedekat apa perkenalan anda dengan pengacara cantik itu. Jadi penasaran, siapa nama pengacara cantik itu?” tanyanya.

“Penasaran ya, ha ha ha. Eeemm.. boleh saya bisikin saja,” ujar Ts.

“Boleh.”

Lalu Tsk itu makin mendekati pak polisi yang sedari tadi memeriksanya. Tsk itu membisikinya. Polisi itu kaget. Sedangkan Tsk hanya senyum-senyum. Suasana agak tambah cair dari sebelumnya. Polisi itu meminum segelas air mineral. Tsk masih tersenyum, merasa angan-angannya akan segera muncul di depannya.

“Ah, masak pengacara itu mantan pacarmu. Dia pengacara terkenal, cantik lagi. Jangan-jangan Anda mengkhayal. Tapi pantas juga, karena Anda pengkhayal. Jadi itu hanya khayalan kan? Ayo jujur saja, hahaha,” ujar polisi itu masih tidak percaya.

“Lho, masak bapak ndak percaya. Meski saya penghayal, tapi urusan hati, saya serius pak,” ujar Tsk dengan wajah tampak serius.

“Hati-hati Anda, pengacara cantik itu, sudah punya suami. Nanti jadi perkara lagi. Apa kamu nanti akan nonjok suami pengacara itu. Nanti kena pasal lebih berat lagi. Mau!” gertak polisi.

“Ahh, bapak. Masak saya akan nonjok suami kekasih saya. Ya ndak lah pak,” balasnya.

“Itu buktinya, Anda nonjok wajah pacar orang. Hati-hati kalau urusan hati. Makin dalam, makin terbuai,” tegas polisi itu lagi.

“Ahh, ternyata pak polisi ini puitis juga. Makin dalam, makin terbuai… hahaa,” ucap Tsk mengibaratkan polisi di depannya seperti penyair. 

“Jadi, tetap pengacara cantik itu yang akan mendampingimu di persidangan,” kembali polisi itu bertanya.

“Ya , tetap pak. Hati saya mantap pilih dia. Pak, sekadar tahu ya, saya dulu pacaran sama dia cukup lama, sembilan tahun, pak. Jadi sudah tahu luar dalam. Cuma banyak yang tak suka, sehingga tidak jodoh sampai rumah tangga,” terangnya.

“Wih, hebat juga dirimu. Nanti kusampaikan pada pengacara cantik itu. Tapi apa tidak Anda pikirkan lagi. Dia itu pengacara kondang, tentu uang yang Anda keluarkan tidak sedikit. Apa Anda sudah pikirkan itu,” kata polisi itu merasa masih khawatir.

“Tenang pak, tidak usah khawatir. Bapak meragukan saya. Meski saya seorang pengkhayal, tapi saya punya cita-cita, jadi bupati. Hahaha...” katanya sambil tertawa.

“Ya, itu salah satu pekerjaanmu, mengkhayal. Orang seperti Anda kok, bercita-cita jadi bupati,” ujar polisi itu meledek.

“Ah, bapak meragukan saya,” ujar Tsk.

“Ya sudah, sana mengkhayal sebanyak banyaknya. Sekarang masuk sel lagi. Besok saya antarkan pengacara cantik itu ke sini,” kata polisi sambil menyuruh Tsk kembali masuk ke dalam sel.

“Benar pak, aduh terima kasih banyak, pak. Bapak sudah berjuang menyatukan hati saya padanya. Ya, Tuhan, terima kasih, Engkau telah memberikan jalan bertemu hati yang lama hilang,” ucap Tsk langsung memeluk polisi itu, sambil berulang kali mengucapkan terima kasih.

Polisi itu hanya terpaku dan diam. Di pikirannya, baru kali ini ada tersangka seperti itu. Polisi itu mengelus dada dan Tsk digiring kembali ke dalam sel.

Esok hari, pagi-pagi sekali tampak Tsk sudah terlihat rapi. Beberapa tersangka lainnya yang berada di dalam sel jadi keheranan, melihat Tsk berdiri sambil memegang jeruji besi. Mereka bengong melihat penampilan Tsk sangat klimis.

Pagi itu, suasana di ruangan sel benar-benar romantis. Dia tetap berdiri sambil memegang jeruji besi. Angan-angan dan imajinasinya tak ingin berantakan untuk bertemu dengan mantan kekasihnya. Sesekali dia menoleh kawan satu selnya. Sementara yang lain ketika dipandang hanya membalas dengan senyuman dan kepala sedikit mengangguk.

Tak lama, datang dua orang polisi menghampiri Tsk, lalu mempersilakan keluar untuk bertemu dengan seorang pengacara. Tsk keluar dengan wajah yang cerah dan hati yang berbunga-bunga. Sedangkan tersangka lainnya hanya terpaku. Kosong. **


TAGS :

AG Pramono

AG Pramono lahir di Negara, Bali, 23 Maret 1973. Mengawali keterlibatan teater dan seni sastra sejak tahun 1990. Pernah mendirikan Sanggar Susur Jembrana tahun 1991. Sejak tahun 1993 aktif di Bali Eksperimental Teater serta tahun 1998 ikut dalam Komunitas Kertas Budaya. Kini bekerja sebagai jurnalis di salah satu koran lokal di Bali. Tinggal di Loloan Timur, Jembrana.

Komentar