Alia Tahu Semua Dosa Laki-laki

  • By IBW Widiasa Keniten
  • 05 April 2024
Pustaka Ekspresi

Kekerasan dan Kematian dengan Beragam Cara

            Kumpulan cerpen berjudul Alia Tahu Semua Dosa Laki-laki karya Ni Komang Yuni Lestari mengisahkan keberagaman kekerasan dan kematian yang bisa saja melanda setiap manusia. Kematian itu beragam bentuknya bisa mati karena balas dendam. Mati karena diracun (pestisida). Ada juga mati karena sedang menikmati kehidupan malam. Secara tersirat tema mendasar dari antologi ini adalah karmaphala. Setiap perbuatan yang dilakukan akan membuahkan hasilnya sesuai dengan karma yang diperbuat.

Kekerasan dan kematian itu bisa terjadi di wilayah yayasan yang notabene seharusnya melindungi anak-anak yang berkebutuhan khusus. Akan tetapi, justru dimanfaatkan secara kurang etis dari seorang pemilik yayasan yang haus akan seks. Rasa dendam muncul dari anak-anak yang berkebutuhan khusus itu untuk membalas dendam. Anak-anak berkebutuhan khusus merasa dieksploitasi oleh pemilik yayasan. Kematian pemilik yayasan menjadi targetnya karena tidak bisa merima akan sikapnya selama ini. Dendam yang membara meledak dengan tindakan pembunuhan. ... Inilah kisah mereka. Enong yang buta, Alex yang bisu dan tuli. Membinasakan manusia jahanam dengan perasaan hati yang sejalan. Hati yang menginginkan kebebasan dari belenggu manusia jahanam. Mereka tak salah. Mereka hanya menginginkan keadilan....

            Penggambaran karakter tokoh dalam kumpulan ini dapat dilihat dari dua sisi. Terkadang tokoh digambarkan datar, tiba-tiba berubah menjadi keras dan timbul keberanian untuk melakukan kekerasan. Boleh dikatakan dua sisi karakter terangkum dalam tokoh-tokoh yang diciptakan oleh penulis.     Kemampuan membuat tokoh seperti ini perlu pemahaman karakter yang lebih mendalam hingga menghasilkan karakter tokoh yang bulat. Seimbang antara antagonis dan protagonis.

            Suasana absurd jga digambarkan dalam antologi ini. Kematian demi kematian beruntun terjadi setiap lima belas hari. Ini sesuatu yang tidak mungkin terjadi, tetapi bisa mungkin terjadi dalam sebuah karya sastra. Inilah sisi lebih dari antologi ini. Desa yang awalnya tenang tiba-tiba diteror dengan kematian yang terus datang setiap lima belas hari sekali. .... “Hal ini sudah empat kali terjadi dalam kelipatan lima belas. Mengapa setiap lima belas hari ada orang mati dengan kondisi seperti ini?” ucap seorang nenek.   

“Terkutuk! Kita tak bisa membiarkan hal ini terus berlanjut. Atau lima belas hari dari sekarang, korban akan terus berjatuhan,” ujar seorang pria paruh baya. Tatapan pria itu tajam menatap fajar yang baru saja merekah cerah di balik rimbunnya pepohonan. Tatapannya nyalang, seolah sang fajar adalah sumber masalah yang dihadapi saat ini.

“Tapi bagaimana caranya? Tuan tahu sendiri kan, juru kunci desa ini sudah mati, tepat lima belas hari yang lalu, dengan kondisi yang sama persis seperti jasad ini,” jawab si jangkung sembari menunjuk jasad di depan mereka....

            Absurd juga digambarkan pada tokoh yang seolah-olah tidak terpengaruh dengan daya gravitasi bumi. Ia bisa melayang-layang sekehendak hatinya. Jika dicrmati penulis, memiliki kekuatan dalam menggambarkan tokoh-tokoh absurd. Ini menjadi kekuatan dari antologi ini. Cuma yang perlu diperkuat lagi adalah membuat narasi atau penceritaan agar pembaca lebih bisa menikmati antologi ini.  


TAGS :

IBW Widiasa Keniten

Ida Bagus Wayan Widiasa Keniten lahir di Giriya Gelumpang, Karangasem. 20 Januari 1967. Lulus Cum Laude di Prodi Linguistik, S-2 Unud 2012. Tulisan-tulisannya tersebar di berbagai media massa berupa esai, karya sastra maupun kajian bahasa dan sastra baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Bali. Cerpen-cerpennya pernah memenangkan lomba tingkat Nasional maupun provinsi.

Komentar