Mungkah Lawang Dalam Tari dan Kehidupan Bali

Pustaka Ekspresi

Apabila disimak lebih dalam, mungkah lawang yang muncul dan berkembang di jagat tari Bali, dengan praktik visualnya yang sekilas terlihat begitu sederhana, sesungguhnya memiliki makna yang sangat kompleks. Di samping sebagai ragam gerak pembuka, sejatinya mungkah lawang juga merupakan perbendaharaan seni yang esensi dan prinsip dasar bisa diproyeksikan ke berbagai aspek kehidupan sehari-hari di kalangan masyarakat Bali. Seperti yang dapat disaksikan dalam sajian tari, sewaktu mungkah lawang seorang penari aktor bergerak keluar dari ruang pribadinya (private space) untuk masuk ke ruang publik (publik space), atau berpindah dari kehidupan nyata sehari-hari (daily world) untuk masuk ke kehidupan khayal yakni pertunjukan (imaginative world). Patut diingat juga bahwa jenis pergerakan atau mobilisasi seperti ini, termasuk meninggalkan pola hidup lama untuk masuk ke pola hidup baru, terjadi di berbagai praktek kehidupan sehari-hari. Atas dasar cara pandang seperti ini, dalam buku ini mungkah lawang dibahas dan disajikan sebagai salah satu nilai kearifan lokal yang di dalamnya terkandung nilai-nilai budaya luhur yang diwariskan oleh para leluhur Bali. Dengan pembahasan seperti ini, saya ingin menunjukkan bahwa sebuah ragam gerak tari Bali seperti mungkah lawang ada kalanya memiliki makna yang melampau wilayah artistik.


TAGS :

I Made Sugianto

I Made Sugianto lahir di Banjar Lodalang, 19 April 1979 bertepatan Wraspati Wage Dungulan (Sugian Jawa). Kini istirahat sejenak dari pekerjaan sebagai wartawan NusaBali untuk mengbadi sebagai Kepala Desa di tanah kelahirannya, Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan.

Komentar