Reuni Serigala

  • By I Made Sugianto
  • 01 Januari 2024
Pustaka Ekspresi

 

BUKU antologi puisi karya E. Senaya ini setebal 153 halaman. Terdapat 107 puisi dengan tema beragam. Pilihan kalimatnya mudah dipahami. Penulis menuangkan perasaan yang terdalam di setiap puisinya. Ada rasa sedih, tersakiti, dan mengagumi seseorang apalagi sedang jatuh cinta, pun diganggu puber kedua.

Penulis tidak membungkus pilihan kalimatnya dengan kata-kata ambigu, umumnya puisi yang mesti dikupas lebih dalam. Terkesan penulis menuangkan apa saja kata-kata yang melintas di pikirannya agar maksudnya mudah dipahami oleh pembaca. Seperti yang disampaikan penulis, “Yang penting semua unek-unek saya dapat tersalurkan dan terlampiaskan.”

Dalam menulis puisi, E. Senaya banyak dipengaruhi oleh cerita pewayangan yakni Mahabharata. Bagaimana duka mendalam ketika kesatria dari Pandawa, Abimanyu, putra Arjuna berhadapan dengan puluhan manusia sakti. Dia menghadapi seorang diri para kestaria dari pasukan Korawa itu. Gugur Abimanyu mengiris-iris perasaan hingga sang ayah, Arjuna, bersumpah untuk membalaskan kematian sang putra mahkota. Jayadrata yang menyebabkan putranya menderita.

Penderitaan Radeya, Raja Anga Karna juga dilukiskan dengan penuh duka oleh E. Senaya. Sulung dari Dewi Kunti yang terbuang karena kelahirannya tidak diharapkan. Radeya diasuh kusir kereta, termarginalkan, mengalami diskriminasi ketika ingin belajar memanah seperti kesatria lainnya. Tragis nasib Radeya, ia harus berhadapan dengan saudara kandungnya di medan laga.

E. Senaya juga mengungkapkan kekagumannya kepada wanita yang dicintai. Puisi-puisi bertema jatuh hati yakni Yugex, Sisi Perempuan yang Terindah. Tak lupa penulis juga mempersembahkan puisinya untuk ibu, petani, dan diri sendiri. Karya puisi E. Senaya enak dibaca. Meski tak membungkus diksi dengan kalimat ambigu layaknya puisi pada umumnya, puisi ini bagus dibawakan di panggung. Memudahkan berimprovisasi.


TAGS :

I Made Sugianto

I Made Sugianto lahir di Banjar Lodalang, 19 April 1979 bertepatan Wraspati Wage Dungulan (Sugian Jawa). Kini istirahat sejenak dari pekerjaan sebagai wartawan NusaBali untuk mengbadi sebagai Kepala Desa di tanah kelahirannya, Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan.

Komentar