Peran Bahasa Indonesia dan Media Massa sebagai Pembangun Citra Diri di Era Global

  • By Ni Luh Made Anitasari
  • 04 Januari 2024
pixabay

Media massa merupakan salah satu alat yang digunakan untuk berkomunikasi setiap hari, kapan saja dan dimana saja antara satu orang dengan orang lain. Setiap orang akan selalu memerlukan media massa untuk mendapatkan informasi mengenai kejadian di sekitar mereka, dengan media massa pula orang akan mudah mendapatkan informasi yang mereka butuhkan pada saat tertentu mereka menginginkan informasi. Di sisi lain manusia dapat berbagi kejadian-kejadian yang terjadi di sekitar mereka kepada orang lain. Sehingga antara satu orang dengan orang lain di daerah yang berbeda dapat melakukan pertukaran informasi mengenai kejadian di sekitar mereka melalui media massa.

Cara komunikasi utama yang digunakan dalam media sosial adalah komunikasi tulis. Komunikasi tulis adalah komunikasi yang dilakukan dengan perantara tulisan tanpa adanya pembicaraan secara langsung, dengan menggunakan bahasa yang singkat, jelas, dan dapat dimengerti oleh penerima. Komunikasi tulisan dapat berupa surat menyurat, SMS, atau melalui media massa. Hal ini menjadi dasar kajian penelitian ini tentang komunikasi tulis para pengguna media massa sebagai alat interaksi sosial.

Fungsi terpenting dari bahasa adalah sebagai alat komunikasi dan interaksi. Begitu pun sebaliknya komunikasi tanpa bahasa adalah sesuatu yang mustahil. Proses komunikasi dapat digambarkan sebagai penyampaian pesan-pesan (messages) dari seseorang atau pihak tertentu kepada orang lain atau pihak lain secara berhasil. Pada konteks ini komunikasi mencakup juga ‘penularan’ pengetahuan mengenai suatu hal. Akan tetapi, proses komunikasi lebih lanjut tidaklah sekadar penyampaian informasi saja, melainkan proses interaksi pengetahuan dan kebenaran antara pihak pertama dan pihak kedua dan seterusnya. Secara singkat peran dan fungsi bahasa sangatlah penting dalam berkomunikasi (Sobur, 2013:307). Penggunaan bahasa dalam menyampaikan pesan dan informasi melalui media sosial tidak hanya dapat dikaji bentuk dan maknanya saja. Dalam hal ini fungsi komunikasi tulis pada media massa dalam interaksi sosial juga dapat dikaji. Fungsi interaksi begitu erat kaitannya dengan media sosial karena pesan yang dipublikasikan melalui media sosial dapat menciptakan sebuah interaksi antara penulis dengan pembaca pesan. Dengan demikian, pesan yang dipublikasikan akan membentuk citra diri seseorang.

Seseorang dapat membangun atau membentuk citra diri melalui media sosial maupun media massa kepada masyarakat luas. Masyarakat akan memberikan penilaian terhadap apa yang telah diunggah, baik berupa foto sekaligus dengan caption yang ditulis. Citra tersebut dapat berupa pencitraan positif maupun negatif atas seseorang. Bahkan, dalam kaitannya dengan pencitraan, seseorang tidak hanya dapat membangun citra atas dirinya sendiri, melainkan juga citra atas orang lain melalui media sosial. Hal ini tentu berhubungan dengan pengaruh kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang sebagai pemilik kuasa.

Agar keberadaan bahasa Indonesia dapat berfungsi dengan baik sebagai bahasa nasional dan bahasa negara perlu ada pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia yang sistematis dan terarah. Pembinaan bahasa Indonesia menurut Sugono (2004) ditujukan pada upaya peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia. Upaya itu dilakukan melalui perbaikan penggunaan bahasa Indonesia dalam berbagai bentuk tulisan. Selain itu, pembinaan dapat menyangkut masyarakat penutur. Untuk itu, perlu intensif dilakukan pemasyarakatan penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar ke seluruh lapisan masyarakat. Ada pun pengembangan ditujukan pada upaya peningkatan mutu daya ungkap bahasa Indonesia. Peningkatan mutu daya ungkap itu meliputi perluasan kosakata bahasa Indonesia dan pemantapan kaidah-kaidahnya sejalan dengan tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi serta kebudayaan yang amat pesat. Perkembangan kosakata dapat diketahui dari pertambahan kata yang terdapat dalam kamus bahasa Indonesia.

Salah satu media massa yang dapat menyajikan informasi secara aktual adalah surat kabar. Isi surat kabar senantiasa apa yang benar terjadi dalam masyarakat sebagai peristiwa fisik yang menempati ruang dan waktu maupun sebagai kejadian abstrak yang mengambil tempat di dalam otak dan hati masyarakat (Liliweri, 1991:27). Surat kabar sangat berperan penting dalam memenuhi kebutuhan akan informasi, dan dianggap dapat menumbuhkan kesadaran pada masyarakat tentang program-program pemerintah dalampembangunan di segala bidang kehidupan.

Kemampuan pers dalam penyebaran informasi memang tidak diragukan lagi, pers yang berfungsi sebagai penyebar informasi dapat menyampaikan berita-berita aktual tentang kondisi pemerintahan dan pembangunan kepada masyarakat secara luas. Media cetak seperti surat kabar, pesan-pesannya dapat dibaca kapan dan dimana saja serta dapat diulang-ulang. Dengan demikian media cetak memiliki sifat menguasai waktu, ada pun kelemahannya adalah terletak pada sistem distribusinya karena harus melalui transportasi darat, laut, dan udara (Pamuju, 2002:52). Pemberitaan yang tumbuh dari organisasi dan perencanaan yang cermat, diilhami oleh imajinasi, ditopang oleh fakta-fakta, dan digerakkan oleh keringat dan tujuan yang pasti berdasarkan visi dan misi yang dipegang oleh perusahaan persuratkabaran.

Media sangat menentukan pembangunan citra diri seseorang. Dalam hal ini kaitannya dengan pembangunan citra seorang pemimpin yang akan menentukan apakah akan dicintai masyarakatnya atau justru akan selalu diberi kritikan dalam kinerja yang dilakukan. Pembangunan citra tersebut meliputi segala aspek dalam diri seseorang. Jika dicermati secara mendalam, agen-agen yang memproduksi bahasa dan media akan memiliki perbedaan yang mencolok baik dari segi penggunaan bahasa, variasi yang digunakan, kode bahasa yang digunakan hingga kepada kelas bahasa yang akan direpresentasikan berdasarkan masing-masing tujuan yang ingin diungkapkan. Segala bentuk konstruksi bahasa dan media pada dasarnya merupakan pertarungan ideologi antara siapa yang memproduksi dan siapa yang mengonsumsinya. Artinya jika ideologi yang direpresentasikan melalui bahasa dan media itu dapat diterima oleh pembaca maka pada saat itulah idelogi telah mampu menjadi penguasa/pengendali yang menggerakkan setiap tindakan dari si pembaca tersebut.

 

 

 

 


TAGS :

Ni Luh Made Anitasari

Mahasiswa Universitas PGRI Mahaedewa Indonesia.

Komentar