Pralaya | Kiamat Menurut Hindu

  • By Ketut Sugiartha
  • 17 Mei 2024
Tangkapan Layar

Istilah “Saptarshi” mengacu pada “Tujuh Resi” atau “Tujuh Orang Bijak” yang mewakili tujuh bintang paling terang di konstelasi Beruang Besar (Ursa Major). Dalam astronomi Weda, ketujuh bintang itu secara kolektif disebut Saptarshi Mandala, sedangkan dalam astronomi Barat dikenal sebagai asterisme Biduk. Mereka dianggap sebagai resi tercerahkan yang muncul di awal setiap yuga untuk menyebarkan hukum peradaban. Demikian Guruji Ivan Prapanza mengawali unggahannya berjudul Kiamat Tahun 2025 di grup facebook Kriya Yoga Indonesia.

Sudah tentu yang dimaksudkan adalah Tujuh Orang Bijak Hindu. Sesuai dengan doktrin siklus yuga, periode transisi antara yuga selalu dikaitkan dengan runtuhnya peradaban di seluruh dunia yang dikenal sebagai pralaya atau kiamat. Banyak sumber kuno menceritakan tentang kelompok misterius “Tujuh Orang Bijak” yang konon muncul di awal setiap yuga dan menyebarkan seni peradaban.

Hal itu dapat ditemukan dalam legenda dan teks suci di seluruh dunia: di Mesopotamia, India, Polinesia, Amerika Selatan, dan Amerika Utara. Mereka memiliki kebijaksanaan dan kekuatan tak terbatas, dapat melakukan perjalanan melintasi darat dan laut, dan mengambil berbagai bentuk sesuka hati. Kalender Saptarshi di India kuno tampaknya didasarkan pada kemunculan berkala mereka di awal setiap yuga.

Dikenal ada empat yuga atau zaman dalam Hindu, yaitu: Satyayuga, Tretayuga, Dwaparayuga, dan Kaliyuga. Keempat zaman itu membentuk suatu siklus, sama seperti siklus empat musim. Siklus itu diawali dengan Satyayuga dan diakhiri dengan Kaliyuga. Setelah Kaliyuga berakhir, dimulailah Satyayuga yang baru.

Periode transisi antara yuga berkorelasi kuat dengan peristiwa bencana besar yang sering berdampak pada planet Bumi, sebagaimana tercermin dalam catatan arkeologi. Selain itu, masa peralihan tersebut berkorelasi dengan sejumlah tanggal penting yang tercatat dalam berbagai kalender dan kitab suci kuno.

Banyak legenda kuno merujuk pada periode ini. Dalam Timaeus, Plato menyatakan bahwa kerajaan pulau Zaman Keemasan Atlantis tenggelam ke lautan akibat gempa bumi dan banjir dahsyat dalam “satu hari satu malam” pada sekitar tahun 9600 SM. Penganut Zoroaster percaya bahwa dunia yang kita huni sekarang ini diciptakan oleh Ahura Mazda 9000 tahun sebelum zaman Zoroaster, yang hidup antara abad ke-7 dan ke-6 SM. Hal ini menunjukkan bahwa, menurut orang Persia, dunia diciptakan kembali oleh Ahura Mazda antara tahun 9700 SM - 9600 SM.

Legenda banjir di banyak kebudayaan kuno menceritakan kepada kita tentang air bah sedunia yang terjadi setelah berakhirnya Zaman Keemasan. Kisah-kisah itu berbicara tentang dinding air yang sangat besar yang menenggelamkan seluruh daratan hingga puncak gunung tertinggi, disertai hujan lebat, bola api dari langit, cuaca dingin yang hebat, dan kegelapan yang berkepanjangan.

Dalam tradisi India, banjir itu terjadi pada akhir Satyayuga (Zaman Keemasan). Yang selamat dari banjir besar ini adalah Manu, nenek moyang manusia, yang ditempatkan sebagai kepala silsilah raja-raja India.

Dalam beberapa tahun terakhir, tim ilmuwan internasional menemukan bukti kuat bahwa bumi dibombardir oleh beberapa pecahan komet raksasa hampir 12.900 tahun yang lalu.

Segera setelah masa transisi berakhir, peradaban mulai bermunculan di mana-mana. Kebudayaan megalitik di Gobekli Tepe, Turki, yang paling awal, adalah salah satu contohnya. Gobekli Tepe merupakan sebuah kuil yang dianggap tertua di dunia dan diperkirakan berasal dari sekitar tahun 9600 SM.

Bharatayuda konon terjadi sekitar 35 tahun sebelum tenggelamnya Dwaraka, dan sekarang diperkirakan terjadi sekitar tahun 3735 SM. Menariknya, tahun Penciptaan Dunia dalam kalender agama Yahudi adalah 3761 SM. Oleh karena itu, sejumlah tanggal bersejarah penting berbaris berdekatan pada saat ini.

Data arkeologi dari Lembah Indus menunjukkan bahwa periode dari 4000 SM hingga 3500 SM merupakan “fase transisi” antara pemukiman Pra-Harappa dan Harappa Awal. Setelah periode transisi yuga ini berakhir pada tahun 3676 SM, secara ajaib kita melihat munculnya peradaban baru di mana-mana. Peradaban besar Zaman Perunggu di Mesir, Mesopotamia, dan Lembah Indus muncul hampir bersamaan sekitar tahun 3500 SM.

Selain Siklus yuga, teks-teks Weda menyatakan tentang siklus waktu yang lebih besar yang dikenal sebagai "Siang dan Malam Brahma" yang berlangsung selama 24 juta tahun yaitu 1000 siklus yuga lengkap. Siklus ini menunjukkan korelasi yang kuat dengan siklus kepunahan massal yang terjadi selama 26 juta tahun di planet Bumi.

Tahun 2025 menandakan momen penting karena kerangka siklus yuga berdasarkan “Kalender Saptaresi” menunjukkan, pada tanggal 21 Maret 2025 Kaliyuga akan berakhir. Hal ini akan diikuti oleh periode transisi yang panjang selama 1200 tahun.

Kehancuran peradaban Kaliyuga saat ini kemungkinan besar akan selesai dalam waktu singkat antara tahun 2025 dan 2040, karena kombinasi perang global dan dampak komet. Ini adalah akhir zaman yang telah diperingatkan oleh nubuat-nubuat kuno.

Tahun 2025 telah disebutkan secara khusus oleh teosofis Alice Bailey dalam beberapa tulisannya hampir satu abad yang lalu, sebagai tahun yang menandakan periode transformasi yang akan datang. Alice Bailey telah menulis lebih dari dua puluh empat buku tentang berbagai subjek teosofis dan esoterik. Dia mengklaim bahwa sebagian besar karyanya, yang ditulis antara tahun 1919 dan 1949, telah dikirimkan kepadanya secara telepati oleh Guru Tibet Djwal Khul.

Dalam sebuah artikel yang telah diteliti dengan baik berjudul, “Awatara yang Akan Datang”, penulis Dorje Jinpa telah mengutip bagian-bagian yang sangat simbolis dari tulisan Alice Bailey dan Helena Blavatsky, serta pustaka Hindu dan Budha lainnya, untuk menyajikan gambaran tentang Awatara yang diperkirakan akan tiba pada akhir yuga ini.

Dia menggambarkan Awatara sebagai “Awatara ekstra-planet”, yang akan mencapai tujuannya tanpa mengambil bentuk fana. “Awatara-awatara ini jarang sekali muncul, namun jika muncul, keefektifan dan hasil kerja mereka sangat luar biasa. Mereka tidak pernah turun lebih rendah dari alam mental.

Apa yang mungkin paling relevan untuk zaman kita adalah pernyataan Bailey mengenai tanggal Awatara akan menampakkan dirinya. Dia mengatakan bahwa kemunculan kembali Awatara yang bekerja untuk evolusi kesadaran manusia akan dimulai setelah tahun 2025.

Tahun 2025 adalah batas waktu bagi umat manusia untuk mengakui bahwa kita adalah jiwa ilahi, bahwa para dewa yang dijelaskan dalam banyak tradisi kuno adalah penjaga peradaban manusia.

Sangat menarik bahwa Bailey menyebutkan, cobaan berat” mungkin tidak dapat dihindari, karena sesuai kerangka siklus yuga, periode transisi 1200 tahun setelah Kaliyuga disebut  “pembakaran” dalam istilah Yunani, yakni ketika dunia dibersihkan dengan api.

Ramalan Tantra Kalacakra Tibet menunjuk tahun 2025 sebagai masa pertempuran akhir zaman. Tantra Kalacakra adalah teks suci Buddhis, berisi beberapa ajaran paling esoteris dari Buddhisme Tibet. Dalam salah satu babnya, digambarkan pertempuran akhir zaman yang paralel dengan ramalan Hindu tentang Awatara Kalki yang akan muncul dari Shambhala.

 


TAGS :

Ketut Sugiartha

Menulis esai, puisi, cerpen dan novel. Tulisan-tulisannya telah tersebar di berbagai media cetak dan daring. Telah menerbitkan sejumlah buku fiksi meliputi antologi puisi, kumpulan cerpen dan novel. Buku terbarunya: kumpulan cerpen Tentang Sepuluh Wanita, antologi puisi Mantra Sekuntum Mawar dan novel Wiku Dharma.

Komentar

Berita Lainnya