Catur Dasa Manu Catur Dasa Pitara, Novel Ilmiah Sosioekonomi Agama

Rp. 65.000Rp. 70.000

Penulis : Putu Sugih Arta

Kertas : Bookpaper

Ukuran : 14 x 20 cm

Jumlah Halaman : 129

Kategori : Fiksi

Novel Catur Dasa Manu, Catur Dasa Pitara karya I Putu Sugih Arta memang menarik untuk dikaji. Novel ini diberi tajuk Novel Sosioekonomi Agama secara tersirat menggambarkan proses kehidupan kemasyarakatan yang berkaitan dengan faktor ekonomi dan agama. Di dalam novel ini, pembaca diberikan ruang untuk merenungi dirinya agar bisa menemukan hakikat dirinya yang sejati. Hakikat diri itu mengenal asal-muasal diri, mengenal hakikat dari kehidupan. Nilai-nilai kemanusiaan yang utama digambarkan melalui tokoh-tokoh Sasigar dengan Sigar Tata. Dialog-dialog yang dimulai dengan konsep kehidupan berawal dari Rwa Bhineda (dua hal yang berbeda), tetapi menjadi satu kesatuan. Keduanya berjalan seirama dengan kehidupan manusia. Manusia tidak bisa terlepas dari rwa bhinedha dalam kehidupannya. Jika sudah bisa melepaskan dua keterikatan ini, ia akan bisa menemukan hakikat dirinya yang sejati. Dua sisi yang membelenggu kehidupan manusia terus mengikuti sepanjang belum menemukan hakikat dirinya sebagai manusia.

          Perjalanan kehidupan juga dipaparkan dalam novel ini tujuannya untuk mengenal asal muasal menjadi manusia. Novel ini mengajarkan agar manusia mengenal asal-usulnya hingga bisa melakukan pemujaan kepadanya mulai dari mengenal orang tua (ayah-ibu), kakek nenek, dan seterusnya hingga sampai pada titik terkahir pada muasal Tuhan Yang Maha Esa. Manusia dilahirkan membawa karma-karma dalam kehidupannya. Karma itu memengaruhi kehidupannya selama masih hidup di bumi. Keterikatan pada karma ini membuat manusia terlahir kembali (Punarbhawa) secara berulang-ulang hingga pada kelahirannya bisa menemukan hakikat dirinya pada akhirnya bisa menyatu dengan Tuhan (Moksa).

          Penggambaran tokoh dalam novel ini masih terasa agak datar. Pembaca yang memiliki latar belakang Bali akan lebih mudah menikmatinya. Masih seperti Upadesa dialog antara guru dengan sisianya. Dialog-dialog dengan tatwa yang berat diusahakan menjadi cair oleh Putu Sugih Arta. Upaya ini patutlah diapresiasi karena selama ini belum ada novel yang mengungkapkan sisi-sisi kehidupan dengan latar belakang sosioekonomi agama yang kental lebih-lebih sudah masuk ke ranah tatwa. Perlu proses agar bisa memahami konsep tatwa yang dipaparkan dalam novel ini. Akan tetapi, Putu Sugih Arta sudah berupaya mendekatkan novelnya pada situasi sosial yang berkembang dewasa ini. Generasi depan Bali perlu mengenal jati dirinya hingga tidak kehilangan jati dirinya sebagai manusia Bali. Manusia Bali yang percaya pada hukum karmaphala, manusia Bali yang setia menjaga kelestarian alam (Tri Hita Karana), manusia Bali yang memuja leluhurnya hingga leluhurnya menyatu dengan Tuhan dan dalam keseharian menjalankan Panca Sradha.

          Nila-nilai sosial, agama, etik, moral yang diramu dengan cukup apik dalam novel Catur Dasa Manu, Catur Dasa Pitara. Harapannya setelah menikmati novel ini, pembaca bisa merenungi dirinya hingga bisa mengenal hakikat dirinya terlahir ke bumi. Apa tujuannya terlahir, apa yang sudah dikerjakan selama kehidupan di bumi dan ke mana nantinya. Putu Sugih Arta juga mengharapkan agar menjaga kesucian atma karena ia berasal dari paramatma. Muliakanlah terus atma suci yang ada dalam tubuh hingga atma itu terbebas dari kemelekatan hingga atma itu bisa menyinari diri dan kehidupan. Manusia yang mengenal atma (Atma Tatwa) akan bisa menunggal dengan hakikat yang sejati (Tuhan Yang Maha Kuasa).

          Novel ini patut dibaca untuk memperkaya hati nurani hingga menjadi lebih bening untuk bisa mengenal jati diri sebagai manusia yang terlahir dari sumber kehidupan yang Maha Suci.

Penulis Putu Sugih Arta
Penerbit Pustaka Ekspresi
Genre Novel
Kertas Bookpaper
Ukuran 14 x 20 cm
Jumlah Halaman 129
Tahun Terbit 2024
Versi Ebook Tidak Ada