Enam Puisi Gampang Prawoto

  • By Gampang Prawoto
  • 17 Desember 2021
PKYI

Jembatan Jalan Menuju Hatiku
        Kagem: Bu Anna Muawanah


bila ingin berlabuh di hatiku
seberangi sungai terpanjang pulaumu
bila jiwamu kedalaman deras arus
berenanglah sejauh ujung bengawan
mengambang dari tenggelamnya peradaban
gembalakan alir ketepian kehidupan.

bila ingin berlabuh di hatiku
naiklah perahu perahu kayu kecil 
bebaling tenaga disel mengayuh
terapung arungi deras batas alam
dari tambangan tambangan berlabuh
kerinduanku bersemi tumbuh.

bila ingin berlabuh di hatiku
lintasi jembatan bertiang pancang baja
medalem luwihaji renda bukti mengabdi 
cintaku bermekaran bunga bunga 
harum wangi aroma kesejahteraan 
manis lezat berasakan jelata.

bila ingin berlabuh di hatiku
lewati mulusnya ruas jalan beton 
dari kedalaman relung relung hatiku
marga kedalaman jarak tempuh rumahmu
menuju hatiku.

Sastrowidjojo,04012021

 

Hujan Pemanis Bibir 


rinai hujan
memecah keningmu
membasah bumi perdikan
keluhuran waris leluhur pada leluhur
kecantikan terpendam liat tanah 
kesuburan pada pengharapan.

rinai hujan
membuncah rekah bumi
debur melepas debu putih 
kelabu bedak pelapis tipis pipi 
luntur menyeka merah bibir 
menyingkap sekat lentur tabir tabir 
katup tanpa kata tuba pemanis rasa.

Sastrowidjojo, 011120

 

Seperti


ingin aku memelukmu
seperti embun pada malam 
ketulusan membasah kesetiaan
membasuh remang tanpa bayang 
di antara sela waktu yang merindu.

Ingin aku menyayangimu
tanpa awalan dan tanpa akhiran
seperti ketulusan kata pada maknanya 
walau seribu tafsir mengartikannya
lebah menghinggapi bunga bunga
madu tetap terasa manis pada waktunya.

Sastrowidjojo, 02112020

 

Belah Mata


Wajahmu
hujan awal musim
rintik membasah harapan
aku hanya angin pengantar awan 
bila rindu membagi menimbang rasa
gerimis tak lagi merata
pagi terpaksa meminjam senja
memandang gelap sebelah mata
embun embun jatuh sebelum waktunya.

Sastrowidjojo, 03112020

 

Ritmis


damar itu masih menyala
celah dinding bambu mengabarinya
ketika malam melebur isuk dan senja
menjadikannya mistis mistis purba
memecah waktu sesigar semangka
antara di antara membelah dada
bunga bunga memekar warna 
menyusup hawa sesunyi wangi 
selimut lembut bulu kuduk berdiri
menyusuri dinding tebing nadi 
dengung doa juga mantra mantra
sefasih gasing memutar cakra 
ritme ritual rute kehidupan.

Sastrowidjojo,04112020

 

Kesetiaan


ada cerita
tersimpan di saku bajumu
tentang silsilah para raja terdahulu
mengalirkan darah biru dan abu abu
nisan kubur kemashuran leluhur
menabur kesetiaan.
 
ada cinta
tersimpan di saku celanamu
tentang indah warna wangi bunga berbagi, rasa memiliki, bimbang, kasih sayang, nafsu, cemburu, perselingkuhan, perpisahan, dan kesetiaan.

ada dusta
tersimpan di bibirmu
tentang kata yang menjadi taka
wajah kaca merubah raut muka
kalimat membagi semu makna
sesak derita terkubur dalam dada
penghianatan terucap kesetiaan.

Sastrowidjojo, 13112020


TAGS :

Gampang Prawoto

Menulis dalam bahasa Jawa dan Indonesia dan sering menggunakan nama samaran Sastrowidjojo. Pria kelahiran 23 Oktober 1971 di Bojonegoro ini pernah kuliah jurusan Bahasa dan Sastra Universitas Adi Buana Surabaya dan  UMM Universitas Muhammadiyah Malang. Sehari-hari aktif mengajar di SDN Pejambon Sumberrejo Bojonegoro. Carik di Sanggar Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro (PSJB), anggota Kostela Lamongan, Among di “Sanggar  Sastrowidjojo" dan ketua LKD “Lembaga Kebudayaan Desa Pejambon”. Antologi tunggalnya mendapat penghargaan Balai Bahasa Jawa Timur 2014 selain Puser Bumi (2013) yang pernah terbit adalah Babat Windu (1997) dan Suluk Berahi (2017), dan Mabur Saka Swarga (2021).

Puisi dan geguritannya termuat di sejumlah media, seperti Majalah Sastra Indhupati, Jaya Baya, Panjebar Semangat, Djaka Lodang, Damar Jati, Pujangga Anom, Radar Bojonegoro, Jurnal Tempe Bosok Solo, Tabloit Serapo, Majalah Panji, Solo Pos dan media cetak  lainya.

Komentar