Sampah | 7 Puisi Gampang Prawoto

  • By Gampang Prawoto
  • 10 Maret 2022
PKYI

Sampah


keranjang keranjang sampah
penuh kata mutiara, harum wangi beraroma, 
kilau gemerlap intan permata, indah menawan rasa.

Sastrowidjojo,15112020


Berjilbab Rembulan Berwajah Purnama 


Salam rindu untukmu kekasih, ketika awan menghalang pandang wajah ayumu di langit asmaraloka, hanya tipis senyum terlintas di antara ritmis gerimis senja menjelang petang persis garis nadir lintas batas candikala.

Salam rindu untukmu kekasih, butir butir lupa terpenjara pada selaput kenang masa lampau mulai semi. Bersit kedalaman nafas, tanafas, anfas, dan anfus terang memancar tatkala aku pandang hidungmu yang alif, ingin aku mengeja hijaiyah serupa dalih cinta dari sawah turun ke kali.

Salam rindu untukmu kekasih, dari ribu ribu mil tempuh jarak rindu membagi juta waktu perjalanan  cahaya cinta. Embun kejernihan, bening telaga tetes kesejukan membasah dahaga kedalamab rasa teduh jiwa jiwa perempuan berjilbab rembulan, berwajah purnama.

Sastrowidjojo,18112020

 

KOTA BATU


Bunga bunga indah bermekaran
Angan membasah dinding batu
Tetes pori lembut alir kesejukan
Untaian kembang mewarna kota.

Bianglala menghias langit
Angin dingin membalut senja
Telapak jejak peradaban masa lalu
Ukiran relief candi lirih berbisik rindu.

Bulan menerawang malam
Aksara purba gunung melantun kidung 
Titi laras menghias bukit macapat
Ulayat menjunjung memangku adat.

Batu,28112020

 

Kentongan Bambu

 

anak itu
lirih menabuh kentongan bambu
wajah pasrah tanpa mengeluh lelah  
siang dan malam seraya tanpa senja
karena hari tetap begitu saja.

anak itu
lirih menabuh kentongan bambu
bambu penanda ronda keliling kampung
tatkala nyenyak malam terlanjur menjadikannya mimpi.

anak itu
lirih menabuh kentongan bambu peninggalan ayahnya 
sebelum  memaknai banjir bandang menjadi ayat ayat cinta.

anak itu
lirih menabuh kentongan bambu
tak tembang kidung syiir atau sihir semistis "kidung rumeksa ing wengi" seindah syiir tanpa waton."

anak itu
lirih menabuh kentongan bambu peninggalan ayahnya sebelum bapaknya memaknai banjir bandang menjadi ayat ayat cinta.

Sastrowidjojo,02122020


Rajah Ampas Kopi


malam 
lelah rapuh
dingin nyenyat sepi
kekabut selimuti rindu
gelap merobek sahwat sunyi.

semalam 
rembulan jatuh
di rimbun ranting pepohon
menggugur hijau lebat daun daun 
senyum memintal keresahan
biru keabuan menghias langit
formasi bintang menanti hari berganti
memapah candikala
ingsut senja
tegur kata, teguk kalimat sesat 
sesaat megupas makna kelabu
lafal bait bait mantra
menoreh rajah
pait kopi
sebelum terlanjur
ampas hitam mewarna
rambu rambu
rambutmu.

Sastrowidjojo, 05122020


Tembang Ladang 

 

pagi basah sisa hujan semalam
hijau tandur luas memghampar 
gadis cantik menjinjing rantang 
riang lintas pematang persawahan
tembang lir-ilir lirih berkumandang.

Sastrowidjojo,16122020

 

Perempuan Berwajah Piala


Perempuan tengah baya itu saat di rumah lebih sering mengenakan daster dibanding baju model-model lain yang banyak dipakai perempuan seusianya. Rambutya panjang sepinggang kadang dikuncit kadang dikepang namun kerap digerai terurai begitu saja dan angin sering membelainya dengan menutupkan  di parasnya dan lentik jemarinya lembut menyibaknya.

Pintu kamar selalu berderit Perempuan itu tak henti hentinya menghampiri  meja rias di kamarnya seperti ada sesustu yang membuatnya gelisah walau hanya sekilas menatap wajahnya di cermin. Saat mengambil uang tak lupa sejenak sempatkan diri melihat wajahnya pada kaca kecil penghias dompet. Ketika memegang hape  kerap memandangi wajahnya lewat layar genggamnya.

Di setiap kegiatan apapun Perempuan itu selalu selalu aktif bahkan lebih dari aktif. Kemauanya cukup kuat dan rasa ingin tahunya begitu tinggi, hadir di setiap acara bahkan selalu tampil di muka melebihi kaum pemuka. Kapan dan dimanapun Perempuan itu tak bisa melupakan toilet hanya untuk melihat cerminnya saja, begitu juga saat hape di tangannya walau tidak untuk bersolek.

Dalam sebuah pertemuan setengah resmi dan setengah penting tanpa sengaja perempuan perempuan serupa itu saling bertemu di toilet gedung itu, saling sapa, saling senyum dan sama sama bercermin. "Hah..." Begitu kagetnya lima perempuan itu saat melihat kaca kelimanya berwajah piala.


SS,22122020
 


TAGS :

Gampang Prawoto

Menulis dalam bahasa Jawa dan Indonesia dan sering menggunakan nama samaran Sastrowidjojo. Pria kelahiran 23 Oktober 1971 di Bojonegoro ini pernah kuliah jurusan Bahasa dan Sastra Universitas Adi Buana Surabaya dan  UMM Universitas Muhammadiyah Malang. Sehari-hari aktif mengajar di SDN Pejambon Sumberrejo Bojonegoro. Carik di Sanggar Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro (PSJB), anggota Kostela Lamongan, Among di “Sanggar  Sastrowidjojo" dan ketua LKD “Lembaga Kebudayaan Desa Pejambon”. Antologi tunggalnya mendapat penghargaan Balai Bahasa Jawa Timur 2014 selain Puser Bumi (2013) yang pernah terbit adalah Babat Windu (1997) dan Suluk Berahi (2017), dan Mabur Saka Swarga (2021).

Puisi dan geguritannya termuat di sejumlah media, seperti Majalah Sastra Indhupati, Jaya Baya, Panjebar Semangat, Djaka Lodang, Damar Jati, Pujangga Anom, Radar Bojonegoro, Jurnal Tempe Bosok Solo, Tabloit Serapo, Majalah Panji, Solo Pos dan media cetak  lainya.

Komentar