Interferensi dan Integrasi dalam Lingkungan Pendidikan

  • By Margareta Sarina Sulti
  • 13 Januari 2024
internet

Interferensi dan integrasi dalam lingkungan pendidikan adalah dua konsep yang saling berkaitan. Interferensi adalah pengaruh dari faktor-faktor di luar sistem pendidikan yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Integrasi adalah proses penggabungan atau penyatuan dua atau lebih unsur menjadi satu kesatuan. Interferensi dan integrasi dalam lingkungan pendidikan merupakan dua hal yang saling berlawanan. Interferensi adalah adanya gangguan atau hambatan terhadap suatu proses.  Dalam konteks pendidikan, interferensi dapat terjadi dalam berbagai bentuk, misalnya:

Gangguan dari luar lingkungan sekolah, misalnya gangguan dari lingkungan keluarga,  masyarakat, atau media massa.

Gangguan dari dalam lingkungan sekolah, misalnya gangguan dari sesama siswa, guru, atau staf sekolah.

Interferensi dapat menyebabkan terganggunya proses belajar mengajar, sehingga siswa tidak dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Sementara itu, integrasi adalah adanya keterkaitan atau hubungan yang harmonis antara berbagai unsur dalam suatu sistem. Dalam konteks pendidikan, integrasi dapat terjadi dalam berbagai bentuk, misalnya:

Integrasi antara kurikulum, pembelajaran, dan penilaian

Integrasi antara mata pelajaran yang berbeda

Integrasi antara sekolah dan masyarakat

Proses interpretasi dan integrasi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal  maupun eksternal. Faktor internal meliputi pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Sedangkan faktor eksternal meliputi materi pembelajaran, metode pembelajaran, dan lingkungan belajar.

Ada beberapa bentuk-bentuk interferensi dalam lingkungan pendidikan seperti:

Interferensi antara kurikulum dan pembelajaran

Interferensi ini dapat terjadi, misalnya, ketika kurikulum yang terlalu padat dan tidak sesuai dengan kebutuhan peserta didik menyebabkan peserta didik menjadi tidak  termotivasi untuk belajar.

Interferensi antara peserta didik dan lingkungan

 

Interferensi ini dapat terjadi, misalnya, ketika peserta didik berasal dari lingkungan yang kurang mendukung pendidikan menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar.

Interferensi antara peserta didik dan peserta didik

Interferensi ini dapat terjadi, misalnya, ketika peserta didik yang memiliki latar belakang yang berbeda saling berbenturan satu sama lain.

Integrasi dalam lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana  dua atau lebih unsur dalam lingkungan pendidikan saling mempengaruhi satu sama lain secara positif. Integrasi ini dapat terjadi antara unsur-unsur yang berbeda seperti: antara unsur-unsur kurikulum, unsur-unsur pembelajaran, unsur-unsur peserta didik, dan unsur-unsur lingkungan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi interferensi dan integrasi dalam lingkungan pendidikan:

Kurikulum

Kurikulum adalah salah satu faktor yang paling penting dalam pendidikan. Kurikulum yang tidak terintegrasi dapat menyebabkan interferensi dalam proses pembelajaran. Misalnya, kurikulum yang terlalu padat dan tidak memperhatikan prinsip-prinsip psikologis belajar dapat membuat siswa merasa tertekan dan tidak termotivasi.

Metode pembelajaran

Metode pembelajaran juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi interferensi dan integrasi dalam lingkungan pendidikan. Metode pembelajaran yang tidak tepat dapat menyebabkan siswa merasa bingung dan tidak memahami materi pelajaran. Misalnya, metode pembelajaran yang terlalu monoton dan tidak melibatkan siswa secara aktif dapat menyebabkan siswa cepat bosan dan tidak termotivasi.

Budaya sekolah

Budaya sekolah juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi interferensi dan integrasi dalam lingkungan pendidikan. Budaya sekolah yang tidak mendukung pembelajaran yang efektif dapat menyebabkan interferensi dalam proses pembelajaran. Misalnya, budaya sekolah yang terlalu kompetitif dapat menyebabkan siswa merasa tertekan dan tidak

termotivasi.

Bentuk-bentuk interferensi dan integrasi yang dapat terjadi di lingkungan sekolah:

Interferensi

 

Konflik antarindividu atau kelompok: Ini bisa berupa perselisihan antarsiswa, persaingan tidak sehat antarkelompok belajar, atau bahkan bullying. Konflik-konflik ini dapat mengganggu suasana belajar dan hubungan sosial di sekolah.

Pengaruh negatif dari luar sekolah: Pergaulan dengan teman sebaya di luar sekolah, paparan terhadap konten negatif di media sosial, atau keterlibatan dalam aktivitas kriminal dapat berdampak buruk pada perilaku dan prestasi siswa di sekolah.

Kebijakan atau aturan sekolah yang tidak efektif: Aturan yang terlalu ketat, kurangnya keadilan dalam penerapan sanksi, atau kurikulum yang tidak sesuai dengan kebutuhan siswa dapat menimbulkan resistensi dan mengganggu proses belajar.

Masalah pribadi siswa: Kondisi keluarga yang tidak harmonis, tekanan ekonomi, atau masalah kesehatan mental dapat memengaruhi konsentrasi dan motivasi belajar siswa, sehingga mengganggu ketertiban dan kelancaran kegiatan belajar mengajar.

Integrasi:

Kerja sama antarsiswa dalam kegiatan belajar: Kolaborasi dalam mengerjakan tugas kelompok, diskusi dalam forum kelas, atau saling membantu dalam memahami materi pelajaran dapat meningkatkan pemahaman dan motivasi belajar siswa.

Partisipasi aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler: Keterlibatan dalam klub olahraga, seni, atau kegiatan sosial dapat mengembangkan bakat dan minat siswa, serta memperkuat ikatan persahabatan dan rasa kebersamaan di sekolah.

Hubungan yang harmonis antara guru dan siswa: Komunikasi yang terbuka, rasa

saling dan menghargai, serta dukungan dari guru dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif dan mendorong prestasi siswa.

Penerapan kurikulum yang relevan dan menarik: Kurikulum yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, serta metode pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan dapat meningkatkan engagement siswa dalam proses belajar.

Interferensi dan integrasi merupakan fenomena yang selalu hadir dalam kehidupan sosial, termasuk di lingkungan sekolah. Memahami bentuk-bentuk keduanya dapat membantu npara pemangku kepentingan di sekolah, seperti guru, kepala sekolah, dan orang tua, untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, harmonis, dan mendukung perkembangan optimal seluruh siswa.


TAGS :

Margareta Sarina Sulti

Lahir di Cirenf, 20 Juli 2002 menempuh Pendidikan di Univesitas PGRI Mahadewa Indonesia. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah 
Email: margaretasarina51@gmail. Com

Komentar